Selasa, 14 Oktober 2008

Komunikasi Transendental

SEBAGAI makhluk sosial, kita perlu berhubungan, bergaul dengan sesama manusia lain. Itu merupakan sisi dinamis dari manusia. Hubungan yang dilakukan atau dijalin setiap saat merupakan kegiatan berkomunikasi.
Dalam ilmu komunikasi dikenal dengan istilah komunikasi antarpersona, komunikasi intra persona, dan komunikasi isyarat. Sedangkan komunikasi yang dilakukan antara manusia dengan Tuhannya, dalam ilmu komunikasi disebut komunikasi transendental. Keempat bentuk komunikasi tersebut dalam istilah Islam dikenal dengan sebutan hablu minnallah dan hablu minannas.
Komunikasi transendental memang tidak pernah dibahas secara luas, cukup dikatakan bahwa komunikasi transendental adalah komunikasi antara manusia dengan Tuhan, dan karenanya masuk dalam bidang agama.
Prof. Dedy Mulyana, pakar ilmu komunikasi, mengatakan bahwa bentuk komunikasi ini paling sedikit dibicarakan dalam disiplin ilmu komunikasi, tetapi justru bentuk komunikasi inilah yang terpenting bagi manusia. Karena keberhasilan manusia melakukannya tidak saja menentukan nasibnya di dunia tetapi juga di akhirat. Dalam komunikasi transendental, tanda-tanda atau lambang-lambang Allah SWT lazim disebut ayat-ayat Allah. Dan ayat-ayat Allah itu terbagi atas dua, yaitu ayat-ayat Quraniyah (firman Allah dalam Alquran) dan ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
Ke dua ayat tersebut saling mengisi dan menjelaskan. Karena dalam Alquran tercantum dengan rinci bagaimana luasnya alam semesta yang bisa kita lihat dengan kasat mata dan menjelaskan pula tentang alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka sebagai alam ghaib.
Alquran juga berisi perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Apabila ingin disebut sebagai partisipan komunikasi transedental yang baik, tentulah kita harus mempersepsi secara akurat lambang-lambang yang difirmankan Allah SWT, yaitu patuh pada perintah-perintah-Nya, seperti bertauhid, salat, puasa, zakat, dan berhaji (bila mampu). Dan menjauhi larangan-larangan-Nya, seperit bebuat musyrik, berzina, menipu, mengkonsumsi makanan dan minuman haram, membunuh, dan sebagainya.
Sedangkan ayat-ayat kauniyah-Nya antara lain seperti yang difirmankan-Nya dalam Alquran surat Ar-Rum ayat 20-24. Dalam lima ayat tersebut termuat tentang manusia yang diciptakan dari tanah, istri-istri dan kasih sayang di antara mereka, penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulit manusia, tidur, kilat dan hujan. Semua itu adalah ayat-ayat-Nya.
Sebagai partisipan komunikasi transedental yang efektif tentunya hati kita akan mudah tersentuh begitu melihat bulan dan bintang-bingan yang bertebaran di langit pada malam hari karena menganggap bahwa itu bukan sekedar fenomena alam, tetapi adalah bentuk perwujudan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Juga hati kita akan mudah tergetar bila mendengar atau menyebut asma Allah. Apabila hati sudah benar-benar tersentuh, kita akan menitikkan air mata bahkan menangis tersedu mengingat betapa kecilnya kita sebagai manusia di hadapan-Nya.
Aplikasi yang sesungguhnya dari komunikasi transendental adalah pada saat kita mendirikan salat, berdzikir dan berdoa. Salat pada dasarnya adalah saat di mana manusia berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Pada saat itu, sebenarnya tidak ada pembatas antara manusia dengan Allah SWT. Komunikasi langsung terjadi asal kita benar-benar punya keyakinan yang kuat bahwa Allah ada di hadapan kita sedang memperhatikan dan mendengar doa kita. Takbir, ruku dan sujud adalah bentuk kita tawadhu pada-Nya, memasrahkan seluruh jiwa dan raga kita pada Allah SWT.
Salat yang dilanjutkan dengan dzikir dan doa akan sangat membantu menenangkan hati, jiwa dan raga kita sehingga gerak langkah kita hidup di dunia adalah atas dasar tuntunan Nya. Kita harus yakin bahwa tuntunan dan perlindungan Allah SWT dapat membuat hidup kita penuh makna untuk bekal di dunia dan akhirat sebagai perwujudan dari komunikasi transendental yang efektif.***

Tidak ada komentar: